Welcome to our website !

Dari Mijat Keterusan Jd Maksiat Dengan Adik Ipar Yang SMP

By 6:07 AM


SEJAK memperoleh haid pertamanya, Cima (12 thn), adik iparku, menjadi makin jarang bermain ke hunian, mijit & injek-injekin badanku. Lebih-lebih apabila bertepatan dikala tubuh lagi butuh2nya minta sentuhan keras tangannya, aka. dipijit. Engga' ada orang lain lagi sih yang bsa dimintain tolong. Mana isteriku-sayang keliatan capek ngasuh anak.

Namun entah angin darimana, sebuah sore, disaat kami ngumpul di area depan hunian, isteri bilang ke Cima, "Injek-injekin tuh!"

Dikala itu pun, automatic, dgn gaya jenaka, saya serta-merta tengkurap, "Oia bener nih! Kebetulan banget telapak kaki, paha, pinggang, & punggung lagi pegel banget."

Rada2 males, Cima menginjak-injaki badanku. Perdana telapak kaki, dulu lanjut ke paha, setelah itu pinggang, sampai punggung. Nyaman rasanya. Perasaan, berat tubuh Cima menjadi nambah. 30 menit melalui, kayak sebentar banget.

Sekian Banyak waktu selanjutnya, isteriku ke belakang, saya membisiki ke Cima, "Ntar tengah malam, ya De, lanjut?"

"Oke, Ka!" jawab Cima sambil tersenyum tulus.

Tengah Malam hri di hunian neneknya isteri, lokasi tinggal Cima. Usai shalat isya di tempat ibadah, saya cepat duduk di tempat tamu.

"Assalamualaikum. Cima...!"

"Ya, Ka. Udah siap?" nada Cima terdengar dari dalam kamarnya. "Ayo, De!" sahutku.

JARANG-jarang Cima memanfaatkan tangan utk memijit badanku. Tengah Malam tersebut, saya dapat merasakan halusnya jari-jemari Cima, meniti bagian2 badanku.

Kurang Lebih limabelas menit berlalu, ke-2 tangannya yg hangat menyentuh ke-2 rusukku yg berada dibawah ketiak. Saya terkesiap. Ada rasa geli, merinding. Sesaat saya membalikkan badanku pelan2. Sementara posisi Cima sedang berlutut, ke-2 lututnya berada dipinggir ke-2 segi pinggangku. Kami saling diam, saling memandang. Saya seterusnya memegang ke-2 telapak tangan Cima. Saya bangun & duduk. Cima kutarik perlahan ke arah dadaku.

Cima tak menolak. Kami setelah itu telah saling berpelukan. Cima kupangku, sementara penisku mengeras demikian bersentuhan dgn vaginanya.

Entah macam mana trik & ceritanya, tau-tau dalam hitungan detik, kami telah bertelanjang bulat. Hunian nenek Cima kebetulan sepi, tetap kepada pengajian tengah malam di tempat ibadah. Aroma mesum amat kerasa di antara kami.

Cima mendesah, nafasnya ngos-ngosan. Dada & puting kami saling bersentuhan. Payudaranya se gede bola tenis, ukuran sekepalan tangan. Sesekali saya elus lembut ujung putingnya yg cokelat.

"Enghh, hmmmffftt....!" Cima mengerang. Bisa Saja beliau horni. Penisku yg keras menekan-nekan vaginanya yg tetap belum berbulu. Saya merasakan deru nafasnya di kupingku, nafas birahi & horni Cima.

Tiga menit berlalu.

"Diam, Ka. Tahan di situ." Cima merangkul punggungku kencang. Saya diam sbgmn yg beliau minta. Pantat Cima bergerak naik turun, dia menggesek-gesekkan klitorisnya ke penisku. Kami saling berpandangan. Muka polosnya makin jelita, berkeringat, mulutnya menganga menikmati gesekan demi gesekan. Seputar tiga menit, goyangan naik-turunnya makin segera, makin kencang, Cima merangkul punggungku makin kuat. Tubuh & kepalanya terangkat.

Sementara saya merasakan ada kedutan2 di penisku. Ah, saya membatin, "Gila ini, saya ingin 'keluar'. Mana lagi hot²nya serta." Khawatir kentang.

"Aargghhh!" Cima berteriak mungil. Matanya mendelik, merem-melek, lidahnya menjulur. Dulu mendadak lemas di kasur. Ia mndptkn orgasmenya. Disaat itu serta, saya ngecrot, serasi diatas vaginanya. Saya juga ikut lemas.

Kami bertindihan. Cima senyum² malu gitu. Ada rasa puas di muka Cima. "Enak ya?"

Cima mngangguk polos. Kami seterusnya berpelukan.

Sesudah kjadian tengah malam tsb, kami jd saling diam. Kadang, satu buah hri, waktu sambil mengasuh anakku, Cima gemar ketangkap mata dikala ia sdg melirikku, tersenyum. Ada sinyal yang terpancar, se-olah² dirinya mau 'minta lagi'. &, begitulah yang berlangsung. Entah kapan & dimana, kami kadang menyukai mengadakan kencan² rahasia. Itu berlanjut sampai ia menjelang lulus SMP saat ini. Engga tau deh kapan kami mulai sejak ML, pelbagai posisi bercinta (kamasutra) telah kami praktekkan. Namun tetaplah, save seks with kondom, meskipun tidak jarang pula tidak dengan itu.

Interaksi saling senang & saling pengertian sdh semakin terbangun di antara Cima & saya, seaman barangkali & serapat barangkali membungkus rapih skandal sex kami. Kami kadang menyukai khawatir, takut ketauan. Namun kami optimis sj : Hrs pandai cari aman!

You Might Also Like

0 comments